Thursday, February 15, 2007

Lembaran Hitam Pertambangan

Ketika eksploitasi tambang di suatu kawasan dimulai, saat itu pula pertanyaan: “Ini rakhmat atau kutukan?” mulai menghantui masyarakat setempat, baik itu masyarakat adat maupun masyarakat lokal.

Pada mulanya, ya, pada mulanya semuanya nampak seperti ceritera Cinderela. Sebuah komunitas masyarakat adat atau lokal yang selama ini hanya mendengar ceritera gemerlapnya “pembangunan” di luar sana tiba-tiba dihampiri para eksekutif berdasi, bermobil mengkilap dan bicara dengan bahasa yang selama ini hanya mereka dengar di televisi. Seperti seorang pangeran dari antah-berantah datang tiba-tiba, pada suatu hari, melamar seorang gadis desa yang bergelimang lumpur sehari-harinya.

Ceritera mulai berubah menjadi horor Dracula ketika perusahaan pertambangan mulai mengeruk, menggali dan menggali tanah-tanah di kawasan yang menjadi tanah leluhur dan tempat bertumbuhnya anak-anak yang belum mampu membayangkan masa depan apa yang akan diperoleh di tengah lingkungan yang hancur dan hanya meninggalkan jejak kemiskinan, keburaman bahkan kegelapan hari esok?

Amungme, Sebuku, Toguraci, Kelian dan banyak tempat lagi kini bagaikan kuburan gelap bagi hari esok masyarakat adat setempat. Ketika orang di kota-kota dan gedung-gedung bertingkat berpendingin sejuk membicarakan hari esok mereka, pada saat yang sama mereka dengan sadar .....sangat sadar bahkan ......mengubur hari esok jutaan manusia, yang terperangkap dalam institusi negara yang telah menjadi alat perusahaan multinasional. Menjadi hamba para pemilik modal melalui peraturan-peraturan yang diciptakan lembaga-lembaga seperti WTO, IMF.

Andaikan negara tidak memiliki monopoli atas kekerasan, andaikan ...apakah bisa demikian mudah masyarakat adat diperosokkan ke dalam liang-liang kematian? Andaikan ekonomi tidak didikte oleh uang, adakah rakyat di kawasan hutan dan sekitar hutan yang hidup dari alam terhenti perkembangannya? Jika dunia tanpa pertambangan apakah kehidupan akan berhenti? Barangkali yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana segera mengakhiri dunia secara lebih adil daripada sekedar menjaga keberlanjutan yang menggapai kegemerlapan di satu sisi namun menjerumuskan rakyat ke dalam jurang kegelapan? Legenda Yunani tentang munculnya para raksasa yang dikubur oleh dewa-dewa dan kemudian bangkit dan menguasai dunia dengan anarkhisme, bisa jadi kenyataan jika tidak segera dibenahi dari sekarang hubungan antara negara, bisnis, dan masyarakat.

Ini sebuah gambaran skeptik. Namun kita sebagai sebuah organisasi yang solid dapat mendorong perubahan yang lebih berkeadilan manakala kita tidak terjebak oleh kekuasaan berbasis material. Sudah saatnya kita mengemukakan sebuah sistem yang menempatkan manusia dan budayanya lebih tinggi dari ...bahkan tidak boleh dibandingkan sama sekali dengan uang.

Wallahualam.

No comments: