Nobunaga, Jenderal Jepang termasyur yakin sekali bahwa pasukannya akan menang, meski ia tahu jumlah prajuritnya hanya seperlima jumlah pasukan musuh. Dalam perjalanan ia mengajak pasukannya berdoa di kuil Shinto.
Selesai berdoa ia berkata: “Sekarang saatnya nasib kita ditentukan. Saya akan melempar mata uang. Jika gambar kepala yang muncul, kita menang, jika gambar ekor kita musnah.”
Ia melempar mata uang dan gambar kepala muncul. Para prajuritnya begitu bersemangat maju perang dan akhirnya menang dengan gemilang. Seorang perwiranya menghadap dan bertanya, “Apakah ini kekuatan takdir atau doa atau semangat juang?”
Nobunaga menjawab: “Semangat juang”, sambil memperlihatkan mata uang yang kedua sisinya bergambar kepala.
Apakah masyarakat adat memiliki semangat juang seperti itu? Apakah para pemimpinnya, para tokoh adat dan pemimpin organisasi, memiliki kecerdikan mendorong semangat juang masyarakatnya seperti itu? Sementara kita tahu kekuatan yang hendak kita lawan begitu hebatnya. Uang mereka punya, senjata mereka punya, kepintaran mereka punya dan kekuasaan mereka genggam dalam sekepal tangan. Apakah kita mampu menghadapi itu?
Ada seribu satu macam strategi dan taktik telah dituliskan sejarah untuk kita. Menggunakan salah satu saja secara cerdik menjadi pertanyaan buat kita, apalagi menggunakan sekian banyak sekaligus. Namun sejarah India di bawah Gandhi menunjukkan bahwa menggunakan satu atau dua saja secara konsisten dan bersama-sama, dapat memberikan kemerdekaan bagi ratusan juta rakyatnya.
Dalam arena lain kita punya banyak orang menyerupai itu. Tokoh adat dan pejuang HAM di kampung-kampung yang telah sekian puluh tahun memperjuangkan nasib masyarakat adat. Tinggal kini kita bertanya punyakah kita semangat juang? Perilaku baru, semangat baru, kemampuan baru, dan tindakan baru adalah suratan yang harus diperbarui terus menerus agar sebagai organisasi kita bisa BERSUARA.
No comments:
Post a Comment